Langkah Cepat Cikasda Sulteng Tangani Banjir Morowali Utara Melalui FS dan SID–DED Waduk Laa–Tambalako

CIKASDA NEWS – 22 Oktober 2025 Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air (Cikasda) Provinsi Sulawesi Tengah memulai dua kegiatan strategis dalam upaya penanganan banjir di Kabupaten Morowali Utara, yakni Penyusunan Feasibility Study (FS) serta Diskusi Pendahuluan SID–DED Waduk dan Tanggul Pengendali Banjir Sungai WS Laa–Tambalako.

Kegiatan yang berlangsung di Aula Lantai 1 Kantor Cikasda ini dilaksanakan melalui Offline rapat tatap muka langsung dan Online Zoom Meeting, guna memfasilitasi kehadiran peserta dari berbagai daerah serta pihak terkait yang tidak dapat hadir di lokasi.

Acara dibuka oleh Ir. Djaenudin, SE., ST., MM., selaku Kepala Bidang Sungai, Pantai, Danau, dan Air Baku, mewakili Kepala Dinas Cikasda. Dalam sambutannya, Djaenudin menyampaikan bahwa penyusunan FS Waduk, SID Tanggul, dan SID Waduk dilaksanakan secara bersamaan sebagai tindak lanjut dari kebijakan direktif Gubernur Sulawesi Tengah yang menginginkan penanganan cepat terhadap banjir di wilayah Sungai Laa–Tambalako.

“Penanganan cepat harus tetap diawali dengan perencanaan yang matang. Oleh karena itu, seluruh tahapan studi ini kami laksanakan paralel agar hasilnya dapat segera ditindaklanjuti,” ujarnya.

Kegiatan dilanjutkan dengan paparan secara bergantian oleh konsultan pelaksana FS Waduk Sungai Laa yaitu CV. Putra Mandiri dan konsultan pelaksana pekerjaan SID-DED Waduk Sungai Laa yaitu PT. Trideconst. Dalam paparannya dijelaskan rona awal dari kondisi Daerah Aliran Sungai Laa dan historikal kejadian banjir yang pernah terjadi di wilayah tersebut.

Ada beberapa alternatif penanganan banjir yang disampaikan oleh konsultan sebagai upaya awal dalam penanganannya, yaitu pembangunan bendungan di 3 alternatif lokasi, pembangunan embung atau retarding basin dan pembangunan tanggul sungai. Alternatif penanganan ini akan dikaji lebih dalam lagi, sehingga nantinya akan didapatkan konstruksi bangunan yang optimal, efektif dan efisien dalam penanganan banjir Sungai Laa.

Diketahui bersama bahwa, Sungai Laa dan anak-anak sungainya kerap mendatangkan banjir yang berkepanjangan. Ketinggian banjir rata-rata 1 sampai 2 meter dan durasi banjir di Sungai Laa bisa mencapai 3 sampai 4 bulan seperti yang terjadi baru-baru ini pada Desember 2024 sampai dengan Maret 2025. Banjir menenggelamkan 14 Desa di Wilayah Morowali Utara, diantaranya Desa Maralee, Mondowe, Bungintinde, Tompira, Bunta, Tontowea, Koromatantu, Onepute, Sampalowo, Moleono, Tiu, Tadaku, Togo, hingga Ulu Laa.

Djaenudin menegaskan bahwa penyusunan FS menjadi dasar penting untuk menentukan desain teknis pembangunan waduk dan tanggul pengendali banjir yang akan dibangun.

“Studi ini akan memberikan gambaran teknis yang komprehensif agar rencana pembangunan benar-benar efektif dan sesuai dengan kondisi lapangan,” jelasnya.

Dalam diskusi pendahuluan, hadir perwakilan dari Bappelitbangda Morut, Dinas PUPR Morut, Dinas Kehutan, Bappeda Provinsi Sulteng, tim konsultan, serta pejabat teknis Cikasda.

Sementara itu, Abdul Khair Rusdan, ST. dari tim teknis Cikasda, menekankan bahwa pembangunan tanggul harus didukung justifikasi teknis dan dikombinasikan dengan metode lain seperti normalisasi dan pengendalian sedimen.

“Tanggul bukan satu-satunya solusi. Semua harus sesuai dengan hasil kajian teknis agar efektif,” ujarnya.

Tim konsultan juga melaporkan bahwa terdapat delapan stasiun hidrologi di DAS Laa yang sedang dianalisis untuk menentukan data relevan bagi pemilihan lokasi dan prioritas pembangunan.

Menutup kegiatan, Ir. Djaenudin, SE., ST., MM., menegaskan pentingnya sinkronisasi data dan koordinasi laporan antara tim konsultan dan Cikasda.

“Kami berharap saat diskusi laporan antara nanti bisa dibahas bersama, sehingga diskusi laporan akhir tinggal menyempurnakan hasilnya,” tuturnya.

Lebih lanjut, Djaenudin menyampaikan bahwa sebelum memasuki tahapan laporan antara atau pelaksanaan Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM), terdapat beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti bersama.

“Pertama, soal sinkronisasi data. Kami mohon kepada konsultan untuk duduk bersama dan menyamakan data-data yang dibutuhkan dalam penyusunan DED. Kedua, kami berharap para konsultan dapat membantu kami dalam merencanakan kegiatan penanganan banjir ini agar selaras, harmonis, dan penanganannya dapat komprehensif  antara satu dengan yang lainnya,” jelasnya.

Ia juga menambahkan bahwa pelaksanaan laporan antara dan PKM nantinya akan dilakukan secara bersamaan.

“Kalau bisa laporan antara dan PKM kita laksanakan bersama, supaya bisa saling mengisi dan melengkapi. Waktunya nanti akan kami informasikan,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ir. Saliman Simanjuntak, Dipl.,HE, selaku pemerhati sumber daya air, memberikan pandangan teknis dan strategis terkait arah perencanaan penanganan banjir di DAS Laa–Tambalako.
Menurutnya, keberhasilan proyek pengendalian banjir tidak hanya ditentukan oleh desain waduk atau tanggul, tetapi juga oleh keterpaduan sistem pengelolaan DAS secara menyeluruh.

“Studi ini harus melihat DAS sebagai satu kesatuan sistem, mulai dari hulu hingga hilir. Waduk dan tanggul memang penting, tetapi jika daerah tangkapan air di hulu terus mengalami degradasi, maka banjir tetap akan terjadi,” jelasnya.

Ia juga menyarankan agar dalam tahapan FS dan SID–DED, dilakukan analisis sedimentasi dan kapasitas tampung waduk secara berkelanjutan, serta melibatkan pemerintah kabupaten dan masyarakat setempat dalam proses konsultasi publik.

“Pendekatan teknis harus diimbangi dengan partisipasi masyarakat. Karena mereka yang paling merasakan dampaknya, dan sekaligus bisa menjadi bagian dari solusi,” tambahnya.

Melalui penyusunan FS dan SID–DED Waduk WS Laa–Tambalako ini, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah berharap dapat menghadirkan solusi menyeluruh dan berkelanjutan dalam pengendalian banjir di Morowali Utara, sekaligus memperkuat perlindungan terhadap lahan pertanian dan permukiman warga di sepanjang Sungai Laa.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *